Perjuangan Masuk Fakultas Kedokteran

PART 2 (Gap Year)

Sudah kubilang, mengambil  gap year adalah keputusan terbesar yang pernah aku buat. Aku harus terima konsekuensinya apapun yang terjadi nanti. Keluarga besarku juga mendukungku. Bahkan orang tuaku gak malu karena anaknya nunda kuliah setahun. 

Aku rasa dengan gap year banyak hikmah yang bisa diambil. Aku punya waktu lebih banyak buat adikku karena sudah kutinggal asrama. Aku juga bisa membantu ibuku dalam membereskan rumah. Dan aku benar-benar menikmati quality time bersama mereka.

Jadi, sekitar Bulan Agustus 2016, ibuku mulai mencari bimbel di Makassar. Akhirnya pilihanku jatuh di GO perintis. Nah, Bulan September 2016 itu aku mulai masuk dan ternyata yang seperti aku lumayan banyak. Mereka memiliki cerita perjuangan yang berbeda. 

Chao, lanjut..

Mulai aku bimbel, pikiranku jadi terbuka tentang pelajaran. Aku bisa memperbaiki konsep yang sempat keliru di pikiranku. Aku juga membahas banyak soal bersama teman-temanku saat tambahan di sana. Membawa bekal makan siang dan dimakan bersama. Ya, seperti sudah menjadi rumah ke dua. Ohya, kadang aku juga tidur siang di sana karena saking lelahnya.

Try Out? 

Try Out di sana lumayan susah! Tapi itu bagus biar terbiasa dengan soal susah. Passing grade ku pun terus naik meskipun belum bisa menembus  40% dan belum bisa tembus kedokteran di PTN yang aku inginkan. (Catat: Unpad). Aku lalu berpikir. “Ahh, aku sudah bimbel di GO setengah tahun, kenapa hasil try outku belum tembus unpad juga?” Ya, rasa pesimis pun hinggap lagi.

Ohya, aku lupa sebelum itu aku membeli buku wangsit. Lalu pikiranku terbuka karena sebenarnya SBMPTN tidak memakai passing grade. Tapi memakai skor nasional. Pelan-pelan, rasa pesimisku pergi. “Ahh mungkin skor nasionalku tinggal sedikit lagi. Masa bodoh dengan passing grade.”

Nah, Bulan Desember menjadi bulan terakhirku di GO. Ibuku menyuruh melanjutkan bimbel di Ultima Science Bogor. Iya, hanya di Bogor. Aku pun hanya menurut dan Januari 2017 aku pergi ke Bogor sendiri.

Di Bogor, aku tinggal dengan bude. Otomatis aku juga harus bisa beradaptasi dengan lifestyle mereka. Mulai dari masalah tidur, makan, dan pekerjaan rumah tangga yang lain. Alhamdulillah aku bisa survive dan keluarga di Bogor sangat baik. Dan.. ibuku juga lumayan sering menjengukku kalau ada pelatihan di Bogor.

Yap. Saatnya pergi ke bimbel baru. Aku diantar budeku karena belum tau rute angkot di Bogor. Setelah sampai sana, aku kaget karena yang alumni hanya 3 orang! Yah mau gak mau aku sekelas dengan anak SMA. Cobaan apa lagi ini Ya Allah. 

Awalnya aku ngerasa canggung bakal sekelas sama mereka. Apalagi cuman bertiga. Tiga cecunguk nyempil di kelas SMA. Ya kurang lebih gitulah. Tapi lambat laun aku udah nerima semuanya. Mereka juga baik-baik dan tetap menghargai kami sebagai kakak kelasnya. Aku juga senang ada di sana karena masih kelihatan muda. HAHA.

Saat Try Out pertama soalnya sangat mudah. Jujur aku kecewa karena itu diambil dari tahun-tahun sebelumnya. Alhasil, passing grade aku 55%. Berbeda jauh dengan yang di GO. Tapi entah kenapa mendapat hasil seperti itu membuatku terpacu untuk lebih giat belajar.

Di rumah, aku merenung. “Jihan, 4 bulan setengah tu bakal kerasa cepet. Jangan males-malesan. Bikin target. Bikin jadwal yang sistematik biar kamu juga enak belajarnya..” kurang lebih kayak gitulah pikiranku berbisik HAHA.

Hey, meskipun aku sudah pindah ke US, tapi aku tetap komunikasi sama temenku di GO dulu. Berbagi soal dan jawaban. Saling menerangkan. Ahh, mereka teman yang baik untuk diajak diskusi. Nah, langsung aku bikin jadwal di Hp. Terus tetep latihan wangsit. Aku nargetin ngerjain matdas banyak karena skor nasionalnya paling tinggi. Dilanjut mat ipa, kimia, fis, sama bahasa inggris. Ternyata gaes, biologi sama bahasa indo itu skor nasionalnya gak tinggi-tinggi amat. Cukup tau aja ya. Tapi tetep dikerjain loh yaa.. hehe.

Nah, selama gap year, aku juga gak belajar terus. Aku tetep refreshing kayak nonton TV, nonton drakor, dengerin lagu, scroll down instagram dan aktivitas lain yang bisa ngeringanin beban di otak. Paling 10 menit-15 menitan cukup.

Kehidupan aku waktu Gap year itu monoton banget. Sengaja aku gak kuliah dulu karena takut gak bisa konsisten fokus ngejar SBM tahun 2017. Aku buka buku tiap hari, bimbel selalu datang bahkan tambahan aku juga dateng. Berangkat pagi pulang sore sampai malam pun pernah. Ohya, sebelum bimbel aku ngerjain soal paling nggak satu bab dan nandain yang mana susah. Baru aku tanya tentor. Sampe-sampe ayahku bilang gini, “Gak capek apa nduk, les terus..” Jelas capek gaes, tapi gak boleh lengah juga kan. SBMPTN sudah di depan mata, udah gak ada toleransi buat malas-malasan. Lagian, this is my last chance! 

Oh iya, aku orangnya gak nargetin belajar mulai dari jam berapa sampe kapan. Selama aku mood dan mampu, aku ngerjain soal sebisanya. Dimana udah capek, rest is better. Oh iya gaes, Kesehatan itu paling penting ya pas SBMPTN. Percuma udah belajar banyak eh pas hari H nya sakit. Iya, kayak Jihan tahun lalu.. Hm..

Dan jangan lupa, buat yang muslim. Shalat Dhuha, tahajud itu rumus pasti. Dekati Allah. Rayu Allah dengan berdoa dan memuji-Nya. Sedekah kalo bisa. Ohiya, puasa senin kamis lebih baik. Dan, berbagilah ilmumu dengan teman-temanmu. InshaaAllah berkah. Nancep sampe SBMPTN dan selanjutnya. Aamiin.

Sekian dulu part 2 ini. Part 3 nya bakal ngebahas SBMPTN dan UTUL UGM 2017.

Undur diri yaa..