Deretan bulan hujan, yang membawa perasaanku terbang ke negeri kayangan. Mengkhayal demi cerita indah antara tukang sepatu kuda dan sang putra mahkota kerajaan.
Di sebuah Negeri Allea, negeri yang diapit dua air terjun yang menyelipkan sebuah pelangi yang indah. Dikelilingi oleh tebing hijau dengan berjuta pohonnya yang rindang. Di atas tebing yang paling tinggi, terdapat istana megah bak istana persia. Dengan taman labirin di belakangnya. Air mancur menyembur kuat dan jatuh di danaunya. Serta hewan-hewan terhormat dipelihara di sana. Istana yang dipimpin oleh Raja Mold yang sangat bijak. Begitu juga putranya yang tercinta, Pangeran Doyle.
Pangeran Doyle sangat menyukai kuda. Ia mempunyai kandang kuda yang sangat besar. Biasanya ia lombakan kuda-kudanya itu di ajang desa bersama penduduk. Pangeran Doyle terkenal ramah kepada semua orang, tak pernah mencaci dan sebagainya.
Pagi itu, Pangeran Doyle sedang melatih kuda-kudanya untuk berlari kencang. Tapi, ia sadari bahwa kuda hitam kesayangannya yang bernama Blacky, tiba-tiba saja berhenti dan tak bisa berlari kencang. Setelah ia lihat apa masalahnya, ternyata sepatu kudanya rusak. ya, sepatu kuda dari emas itu, rusak.
Pangeran dan Blacky langsung ke desa untuk mencari tukang sepatu kuda. Ia tidak mau untuk memanggil sang tukang untuk datang ke istana. Ia tidak ingin seperti itu. Ia tidak ingin merepotkan. Tapi sayangnya, semua jasa tukang sepatu kuda sedang tutup di pusat kota. Pangeran bingung untuk mencarinya lagi. Setelah berjalan lama, menelusuri sudut-sudut kota, akhirnya ia menemukan jasa tukang sepatu kuda. Tapi kondisi tempatnya tidak memungkinkan. Air yang bocor dari atap yang lubang, papan nama yang hanya tergantung di satu sisinya. Ya, bisa dikatakan tidak layak. Tapi ia tetap mengetuk pintu dan keluarlah seorang gadis cantik.
" Oh pangeran, Oh, selamat pagi Yang Mulia. Maafkan jika tempat ini berantakan."
"Oh tidak apa-apa, Hm, panggil saya Doyle. Tidak usah memakai pangeran."
:Baiklah Pange.. Hm, Doyle. Ada yang bisa saya bantu?"
"Ini, Blacky.. sepatunya rusak. padahal ia ingin mengikuti ajang dua minggu depan. Saya mencari ke pusat kota, tidak ada yang buka. Akhirnya saya menemukan tempat ini. Bisa kah saya memesan?"
"Oh, masuklah, kita bicaranya di dalam saja, Doyle."
Saat Doyle masuk ke rumah gadis itu, terpajang banyak sepatu kuda yang dibuatnya, dan mendapat penghargaan atas karyanya itu. Terpajang juga banyak bingkai foto kejuaraan kuda yang ia ikuti.
"Umh, maaf siapa namamu sebelumnya?"
"Nama saya Lzya. Oh ya, pangeran, Umh, Doyle.. ini adalah buku-buku koleksi sepatu kuda saya. dan saya bisa membuatkan dalam dua hari."
"Bersama orang tua?"
"Ah, tidak. Saya di sini sendiri. Saya membuatnya juga, sendiri. Saya memiliki keahlian ini karena saya diajari ayah saya yang seorang pandai besi. Dulu, waktu beliau masih ada."
"Umh, maaf tentang itu. Ohya, saya ingin sepatu kuda yang terbuat dari emas, kuat seperti baja, dan ringan seperti aluminium."
"Tapi saya tidak mempunyai emas untuk membuatnya."
"Saya antarkan nanti."
Besoknya, pangeran datang bersama Blacky dengan membawa emas. Dikawal oleh beberapa prajurit dan sampailah mereka di rumah Lyza. Pangeran langsung mencari Lyza tetapi tidak ada yang menyahut. Sampai ada suara mengetok dari belakang, pangeran langsung menengoknya. Dia sedang membuat kerangka sepatu kuda untuk Blacky.
"Hai Lyza. Itukah kerangka untuk Blacky? Sedangkan kau tidak tahu ukuran kakinya."
"Wahai Doyle, aku sudah berpengalaman selama bertahun-tahun. Saya sudah banyak membuat sepatu kuda yang seperti Blacky. Coba kerangka ini dipakai.."
"Pas.. Sangat cocok. Ya sudah, lanjutkan Lyza. Ini saya membawakan dua karung emas untuk sepatu Blacky. Hm, apa kau tidak merasakan panas di dekat bara api itu?"
"Saya sudah biasa, Doyle. Saya juga sering terkena api."
'Sering terkena api pun kulitnya tidak pernah terlihat kusut, selalu ceria dan, cantik.' gumamnya.
"Boleh saya membantumu, Lyza?"
"Jangan Doyle. Nanti terkena api. Nanti kulit melepuh."
"Lebih baik saya yang kena, daripada kamu."
Terlihat bahwa gadis itu agak terkejut dan tersipu. Gadis itu akhirnya mengiyakan dan mereka membuat bersama-sama. Ternyata jika membuat bersama-sama, sepatu kuda bisa jadi dalam sehari. Wajah dan kulit mereka penuh dengan noda hitam. mereka saling tertawa. Kemudian Lyza membersihkan wajah pangeran dengan handuk putih, begitu juga sebaliknya. Dan Lyza memberikan ramuan buat pangeran yang kulitnya tadi sempat terkena percikan api.
"Sepertinya kamu bisa melakukan semuanya, Lyza."
"Ini karena ada dua orang hebat yang mendidik saya."
Pangeran langsung tersenyum menatap Lyza.
"Umh, ya sudah. kita pasangkan sepatu emas pada Blacky."
Blacky pun terlihat kegirangan dipasangkan sepatu baru. Dan mencoba berlari sebentar.
"Dia menyukainya."
"Ya, saya menyukainya, dan saya menyukaimu."
"Apa maksud Tuan?"
"Saya menyukaimu dengan segala usahamu. Bakti pada orang tuamu. Dan saya perlu pendamping seperti kau dan menggantikan peran Sang Ratu dalam hidup saya."
"Haha Tuan pasti bercanda. Lagipula apa sang raja merestui saya sebagai menantunya? tidak kan? Lagipula saya adalah orang biasa. masih banyak perempuan yang pantas untuk Tuan. Masih banyak Putri yang bisa mendampingi sang putra mahkota."
"Saya tidak tertarik dengan Putri Mahkota. Mereka mengandalkan semuanya dengan harta keluarganya. Mereka hanya bisa mengeluarkan kecantikan luarnya. bukan kecantikan hatinya. Lagipula ayahanda tidak memilih putri mahkota sebagai pendamping hidupnya. Sang Ratu adalah orang biasa dulunya. Sebagai pembuat roti yang punya berjuta prestasi. Sama seperti kau."
"Haha, darimana Tuan tahu saya memiliki banyak prestasi?"
"Tidak sadarkah kau saat kau memajang beberapa bingkai foto di rumahmu? sepatu kuda yang terpampang jelas dengan berbagai piagam penghargaannya. Saya sudah cerita semua kepada ayahanda."
"Dan?"
"Ayahanda merestuimu sebagai menantunya."
"Secepat itu kah?"
"Kalau kau tidak percaya, akan kuantar kau ke belakang rumahmu. Kau akan melihat sesuatu, tutuplah matamu."
Pangeran Doyle mengantarkan Lyza ke belakang rumahnya. Dan Lyza membuka matanya. Ia terkejut karena ada sebuah kereta kuda yang cantik dengan Blacky dan satu kuda putih yang cantik dengan rambut putih terurai rapi. Bersih.. Disana sudah ada penata rias istana yang membawakan gaun putih indah.
"Apa ini, Doyle?"
"Sang Raja yang meminta semuanya. Untuk mendatangkanmu ke Istana. Sang Raja ingin melihatmu lebih dekat."
"Bukannya saya ingin menolak kebaikan ini. Tapi tak menyesalkah nantinya jika Tuan harus menikah dengan seorang tukang pembuat sepatu kuda?"
"Nyatanya Sang Raja tidak pernah menyesal menikahi Sang Ratu yang dulunya sebagai pembuat roti. Mari kuantar kau berias dengan penata rias disana."
Lyza hanya terdiam, lalu tersenyum, dan menangis haru.
Lalu, khayalanku selesai seiring dengan hujan yang berhenti.
Catatan: Bahwa wanita yang hanya mementingkan kecantikan luarnya, sekalipun terhormat akan kalah dengan wanita yang nampak sisi cantik luar dan dalam, meskipun ia hanya orang biasa, dengan sejuta prestasi dan sejuta impian.
Komentar
Posting Komentar