Langsung ke konten utama

10 Tahun Berlalu

Siang itu kelam dan mendung. Awan yang putih sekejap berganti kelabu.Gerimis mulai berdatangan sebelum hujan deras datang. Akhirnya dan akhirnya, hujan deras benar-benar datang. Membasahi pepohonan dan jalanan kota. Aku kehujanan dan berlari menuju halte berharap ada bis yang sedang berhenti. Namun kenyataannya tidak ada..

Aku kedinginan dan basah kuyup. Tidak tahu mengapa aku lupa membawa payung untuk berjaga-jaga dengan bulan hujan kali ini. Aku memang bodoh..


Seiring berjalannya waktu, tidak ada satupun bis yang berhenti di halte. Namun aku melihat sosok lelaki berkemeja putih dengan celana hitam. Ia sontak menawariku sebuah payung dan jaket. Aku tidak tahu dengan maksud apa ia melakukannya. Karena keadaan, aku menerimanya.

Setelah aku mengambil jaket dan payungnya, ia mengajakku berkenalan. Ada apa gerangan? Apa ia mengenalku? Ia adalah Adi. Dan aku adalah Rina. Kami langsung diam sejenak dan mengerjapkan mata. Apa benar ia teman SMA ku yang dulu?


Ternyata benar, ia adalah Adi Permana. Salah satu sahabat yang kucintai. Saat itu aku sangat sedih karena ia melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Susah rasanya mendapatkan sahabat seperti dia. Yang bisa mengerti aku luar dan dalam, mengerti apa yang kubutuhkan saat aku kesusahan, dan ikut berbahagia disaat aku senang. 10 tahun sudah aku berharap kepada sang pencipta agar ia bisa kembali ke bumi pertiwi. Dan bersyukurlah aku karena pengharapanku terjawab sudah..

Ia tersenyum melihatku. Sedangkan aku? tersenyum haru melihatnya lagi. Ia mengacak-acak rambutku dan menepuk bahuku. Memang itulah kebiasaannya saat ia dihadapkan padaku. Sebelumnya aku seperti tidak mengenalnya. Rambutnya berbeda, tubuhnya terlihat lebih bidang, pakaiannya terlihat lebih rapi, dan lebih tampan.

Sementara itu, aku sudah tak peduli dengan bis yang berhenti di depan kami. Aku dan dia sedang asyik bernostalgia tentang kenangan sewaktu SMA. Kami tertawa mendengar cerita konyol dan memalukan sewaktu SMA. Lalu kami pun menceritakan pekerjaan yang ditekuni dan hobi yang diminati.

Tapi seketika itu raut mukanya terlihat lebih serius dan ia bertanya apa aku sudah menempuh hidup baru atau belum. Bisa diartikan dengan istilah menikah. Aku terheran-heran dan menggaruk kepala. Ia memegang tanganku dan berkata dengan kata-kata indah.
"Selama ini aku berdoa kepada Allah untuk meminta kesabaranmu untuk menungguku. Aku juga berdoa supaya lelaki yang bisa memahami perasaanmu hanya aku. Rina, kita adalah sepasang sahabat yang saling mengerti kekurangan dan kelebihan masing-masing sewaktu SMA. Tapi kini, aku ingin kamu menjadi pendamping hidupku yang bisa menerimaku apa adanya. Tapi sepertinya kamu tidak akan sabar menungguku selama 10 tahun. Mungkin posisiku sudah tergantikan oleh yang lain."

Aku sedih melihat kepalanya sedikit tertunduk lesu..

"Aku memang sempat berpikir aku akan meninggalkanmu. Karena aku pikir kamu tidak akan kembali ke Indonesia. Tapi ternyata doamu sudah membuatku cukup bersabar. Selama ini aku hanya bersahabat dengan perempuan karena aku merasa tidak nyaman bersahabat dengan lelaki lain. Aku hanya ingin kamu seorang yang mendampingiku. Jujur, posisimu belum tergantikan oleh siapapun.."

Aku menegakkan lagi kepalanya sambil tersenyum manis. Ia pun memberikan senyumnya kembali kepadaku.

Mendengar kata-kataku, ia menyuruhku untuk memejamkan mata sejenak...
Ketika aku disuruh untuk membuka mata, aku melihat sebuah cincin emas putih berhiaskan berlian terpasang di kotak merah. Ia juga memberiku sekuntum mawar merah dan mawar putih. Dan ada sepucuk surat tergantung di tangkai bunga bertuliskan, "Will you marry me?" Aku tersenyum haru dan meneteskan air mata. Aku mengambil pulpenku dan menuliskan balasan bertuliskan, "Ya, I will.."

Ia benar-benar memberiku cincin dan bunga itu. Ia tersenyum puas. Ternyata ia sedang tidak menunggu bis. Ternyata ia memperhatikanku daritadi karena ia masih mengenalku. Ia menggandeng tanganku dan  mengajakku pergi dengan mobilnya ditengah hujan deras. Sungguh ia adalah lelaki yang serbaguna. Bisa menjadi pendamping sekaligus sahabat..

Inilah Cerita cinta di halte bus dengan hujan deras menjadi saksinya..


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujian Hidup di FK Unpad

HOLLA FELLAS! Judul di atas itu terlalu berlebihan ya, Guys! Ujian hidup mah ngga cuman ada di FK Unpad aja. Tapi di mana-mana ada ujian hidup. Jadi, esensi aku nulis ini untuk menyebutkan dan menggambarkan ujian hidup di FK Unpad. Salah tiganya adalah SOOCA, OSCE, dan MDE. Dimulai dari SOOCA ya Guys. Bismillah. Bukannya aku nakut-nakutin. Tapi da emang SOOCA teh serem! SOOCA itu kepanjangannya Student Oral Objective Case Analysis (kira-kira), adalah ujian yang paling memiliki sifat ujian. Sebenernya ini gak terlalu serem kalau kita udah mempersiapkan dari JAUH-JAUH BULAN . SOOCA buat aku adalah sesuatu. SOOCA adalah ujian lisan di FK Unpad, dimana bahan belajarnya itu dari kasus di tutorial. Jadi, misal waktu semester satu pas UTS kan FBS 1 dan 2. Nah itu case yang dipelajari ada Lack of Nutrient, Pancreatitis, Obesity, Hereditary Spherocytosis, sama Case anatomy. 5 case tuh. Nah terus pas SOOCA, nanti ada sesi penulisan flipchart. Nah sebelum itu masing-masin...

Perjuangan Masuk Fakultas Kedokteran

PART 3 (Time’s Over!) Punten kalo panjang.. Jadi gini, sebagai peserta SBMPTN 2017 pastinya aku udah daftar dong. Nah, itu seneng banget karena aku dapatnya di SMAN 3 Bogor (Smanti). Which is sekolah favorit di Bogor. Katanya juga kelasnya bagus, AC nya dingin, meja dan kursinya pun sangat layak. Wah, aku mencoba bersyukur dan menanamkan pikiran positif. Seketika tentor ada yang bilang gini, “Pengalaman Bapak ngawas tahun-tahun sebelumnya, Smanti tu buat para alumni yang pengen nyoba SBMPTN lagi, taraf soalnya agak sedikit susah juga.” JLEB. Kenapa rasanya nyesek gini? “Masa sih anak SMA gak ada yang di Smanti?” Terus rasa nyesek itu hilang setelah temen aku yang SMA bilang, “kak, aku juga di Smanti loh. Kita samaan dong.”